Kemudian kita ini seperti batang-batang pohon di salju.
Tampak tergeletak mengkilap dan dengan dorongan sedikit saja sudah dapat
digulingkan orang. Tidak, orang tak bisa melakukannya, karena batang-batang
pohon itu terpaut kuat dengan tanah. Tapi, tampaknya, bahkan ya, hanya seperti
itu.
Komentar saya:
Cerpen ini adalah salah satu dari cerpen karya Kafka yang
paling pendek, selain beberapa cerpen lainnya seperti yang berjudul Kleine
Fabel atau Zerstreutes Hinausschaun (yang belum saya bahas kali ini). Sempat
terbersit di benak saya ketika kali pertama membaca karya penulis asal Jerman
yang satu ini, bahwa apakah bisa tulisan yang hanya terdiri atas satu paragraf
dengan 4 atau 5 kalimat bisa disebut cerpen? Atau ini ‘cerpen pendek’? Cerpen
saja definisinya adalah cerita pendek, tidak berseri, one-shot, sekali
tembak, dan lain sebagainya.Tidak biasa, memang, tapi justru itu letak
keistimewaannya. Dengan keterbatasan ruang penulisannya, alhasil karya yang
dihasilken menjadi ‘padat’ dan ‘berasa’. Saya merasakannya ketika membaca novel
Kafka yang berjudul Metamorphosis, yang jumlah halamannya bahkan kurang dari
100 halaman. Ceritanya difokuskan ke kehidupan sang tokoh utama yang mulai
berubah saat terjadi masalah baik internal maupun dengan orang-orang di
sekitarnya, dan justru tidak mengarah ke poin pembahasan ‘apa yang menyebabkan
masalah terjadi’. Nah. Ciri khas tulisan beraliran ekspresionis, dimana
penulis biasanya menyalurkan pendapatnya melalui sebuah analogi. Agak sulit
membiasakan diri dengan tulisannya terutama bagi saya yang kebiasaan membaca cerita
fiksi fantasi dan mitologi, akan tetapi memahami dan menginterpretasikannya itu
justru seru dan memusingkan.
Oke, saya akan lanjut ke pembahasan mengenai cerpennya. Ada
dua pendapat yang saya kira cukup sesuai.
Yang pertama, sepertinya mencoba mengatakan bahwa suatu
objek─yang
dalam cerita ini dianalogikan sebagai batang pohon─dilihat dan
diinterpretasikan setiap orang menurut persepsi atau pendapat orang itu sendiri.
Tidak ada orang yang akan memandang ‘pohon-pohon’ sebagai suatu hal yang sama.
Sang penulis sendiri mengawali ceritanya dengan ‘Kemudian kita ini...’. Kafka
bilang, ‘Kita’. Sang penulis mengatakannya seolah sedang menyampaikan pendapatnya
sendiri kepada orang lain di cerita itu. Rick Riordan, dalam salah satu novel
fantasinya yang populer juga sempat mengatakan bahwa manusia melihat suatu
hal, baik kejadian maupun objek sebagaimana
yang ingin dia lihat, dengan cara uniknya masing-masing. Disinilah
batas antara ‘khayalan’ dan ‘kenyataan’ senjadi seolah tidak tampak.
Kafka juga menyinggung bahwa kenyataan mungkin tidak selalu
sesuai dengan apa yang dibayangkan orang. Yang dikatakannya di kalimat
ketiga, ‘Tidak, orang tidak bisa melakukannya, karena batang-batang pohon itu
terpaut kuat dengan tanah.‘ bisa diartikan bahwa mungkin, mungkin saja,
batang-batng pohon tersebut tidak mudah digelincirkan sebagaimana yang
terlihat. Hanya dikira-kira berdasarkan pengamatan, seperti yang disebutkan di
kalimat terakhir.
‘Tapi, tampaknya, bahkan ya hanya seperti itu.’
Sebagian orang ada yang menginterpretasikan cerpen ini sebagai penggambaran
karakter manusia, merujuk kepada kalimat pertama, kalimat yang
ternyata, teramat penting jika diperhatikan kembali.
‘Kemudian kita ini seperti batang-batang pohon di
salju.’
Hmm. Ternyata yang dianalogikan sang penulis adalah manusia.
Manusia adalah makhluk lemah, mudah tergelincir dan dirubuhkan oleh masalah
yang menimpanya. Namun, apabila manusia─dianalogikan sebagai pohon yang terpaut
kuat dengan tanah, maka orang tak mudah menggelincirkannya meskipun diatas
salju yang licin. Tapi mengkhayalkan diri sebagai makhluk yang kuat tidak
cukup, bahkan jika semata-mata cuma agar terlihat kuat. Barangkali, sih,
“Bayangkan dirimu menjadi kuat dan buatlah kekuatanmu itu
jadi nyata.”
Saya harus katakan, ini kali pertama saya menulis review dan
interpretasi sotoy sendiri, dan saya sebelumnya memang tidak suka maupun tidak
bakat dalam kepenulisan. Kita memandang segala sesuatu dalam opini yang
berbeda-beda, jadi maaf kalau interpretasi saya tidak sesuai dengan yang dinterpretasikan
sendiri oleh anda yang baca.
Fatih F Nuzula
bolehkan cerita anda saya buat menjadi sebuah film pendek untuk tugas saya
BalasHapusKuat dalam pemberontakan absurditas kehidupan
BalasHapus